Bantul E Channel.co.id – Empat tahun menggeluti usaha kuliner, bisnis pengalengan makanan Bunda Nuryana, yang berada di kawasan Pantai Depok, Bantul ini, kini kian berkembang.
Pemilik usaha Bernama asli Sri Nuryana, menuturkan, bsisnis yang ia jalankan itu, awalnya prihatin akan hasil ikan laut yang berlimpah, namun harga jualnya yang kerap anjlok.

Berbekal keahliannya dalam memasak aneka makanan, perempuan berdarah Palembang ini, mencoba mengkreasikan potensi bahari itu, agar lebih bernilai ekonomis.
Dan strategi pengalengan pun ia pilih, lantaran potensi ekonominya yang cukup besar, namun minim pesaing. Bahan dasar ikan laut segar, mula-mula dimasak sesuai selera, dengan campuran bumbu rempah.
Setelah masak, barulah dilakukan pengalengan, saat kondisi ikan dalam keadaan hangat. Dengan menerapkan standardisasi produk, yang membuat usaha pengalengan miliknya inipun, mampu bersaing di pasar ritel modern.
“ikan melimpah, namun menurun, makanya dengan gagasan pengalengan, banyak perijinan kita yang baru, seperti ijin BPOM, label Mui, makin banyak pemilik usaha yang bekerjasama dengan kita” tutur Nuryana.
Bermodal ketekunan, serta terpenuhinya legalitas dan standarisasi mutu yang terjaga, tak heran jika usaha berlabel Bunda Nuryana inipun, tak hanya sukses di pasar local, namun malah bisa menembus pasar Amerika dan Eropa.
“ini kita mulai pengembangan ke luar negeri, karena produk ini bisa tahan minimal 1 tahun, value yang bagus, ekspor kita ke amerika, inggris, perancis, jerman, austrai, hingkong, ini untuk meningkatkan nilai umkm di Bantul khususnya” ujar Joko Suwanto, selaku tim pemasaran global.
Dibantu oleh lima orang karyawannya, dalam sehari, usaha Bunda Nuryana ini, mampu memproduksi 500 an produk kaleng. Dengan harga per kalengnya, antara 40 ribu rupiah hingga 60 ribu rupiah. Dengan omset rata-rata perbulan, mencapai ratusan juta rupiah.
Keseriusannya dalam bidang usaha pengalengan ini, serta standarisasi produk yang terjaga, juga telah mampu mengangkat citra Sentra Pengelolaan Ikan Mina Bahari, di Pantai Selatan Yogyakarta ini, yang sebelumnya sempat terbengkalai.
Joko Pramono