Jakarta, E Channel.co.id – Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencatatkan kinerja yang mengesankan di semester pertama 2025, dengan realisasi penyaluran mencapai Rp131,84 triliun atau 45,86% dari target tahun 2025, dengan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang relatif kecil.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan KUR bagi UMKM di Jakarta, mengungkapkan bahwa hingga 30 Juni 2025, KUR telah menjangkau 2,28 juta debitur dengan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga pada level 2,38%, jauh lebih rendah dibandingkan NPL kredit UMKM umum sebesar 4,36%.

“Capaian KUR semester I 2025 cukup positif, yang lebih penting 60% penyaluran KUR berhasil masuk ke sektor produksi sesuai target kita. Ini menunjukkan KUR benar-benar mendorong produktivitas UMKM,” ujar Menko Airlangga dilansir dari laman Kemenko Bidang Perekonomian.

Pemerintah kini menyiapkan 2 terobosan baru penyaluran KUR. Pertama, pemberian kemudahan penyaluran KUR komoditas tebu, untuk menjawab target swasembada gula konsumsi pada 2028. Terobosan ini dilakukan karena 86% tanaman tebu milik rakyat sudah menua dan perlu segera diremajakan. “Kemudahan KUR untuk sektor pertanian khususnya komoditas tebu rakyat hadir sebagai solusi konkret,” tegas Menko Airlangga.

Melalui kebijakan ini, petani tebu yang pernah mengakses kredit komersial pun tetap bisa mengajukan KUR. Para mitra usaha (off-taker) yang telah bekerja sama dengan petani tebu juga diberikan kesempatan untuk memvalidasi kelompok tani binaan mereka, sehingga dapat mempercepat proses pencairan dana KUR Khusus bagi kelompok usaha binaannya. Terlebih lagi, penerima KUR yang merupakan binaan mitra off-taker yang berperan sebagai avalis (penjamin) dapat dibebaskan dari syarat penyertaan agunan tambahan karena agunan cukup berupa usaha yang dibiayai.

Terobosan kedua yaitu kredit program baru sektor perumahan untuk mendukung pencapaian Program Tiga Juta Rumah. Skema ini dirancang dengan dua pendekatan. Pada sisi supply (pasokan) para developer, kontraktor, hingga pedagang material bangunan skala UMKM bisa mengakses kredit hingga Rp5 miliar dengan bunga murah melalui pemberian subsidi bunga/subsidi marjin oleh Pemerintah sebesar 5% (fixed p.a).

Pada sisi demand (permintaan) UMKM yang ingin membeli, membangun, atau merenovasi rumah dalam rangka usaha juga mendapat akses pembiayaan murah dengan plafon pinjaman hingga Rp500 juta dengan bunga berjenjang 6% hingga 9% per tahun, dan tenor sampai dengan 5 tahun.

“Sektor perumahan memiliki multiplier effect ekonomi yang dahsyat. Setiap rupiah yang masuk akan menghasilkan Rp1,74 output ekonomi. Belum lagi potensi menyerap 13,8 juta tenaga kerja per tahun. Ini bukan sekadar membangun rumah, tapi membangun masa depan ekonomi,” jelas Menko Airlangga.

Untuk itu Pemerintah menambah plafon KUR untuk tahun 2025 sebesar Rp117 triliun di luar plafon yang telah ada. Penambahan plafon tersebut diikuti dengan penambahan anggaran subsidi bunga/subsidi marjin KUR sebesar Rp1,2 triliun.

Semester pertama 2025 juga mencatatkan prestasi yang membanggakan dalam hal inklusi keuangan. Lebih dari satu juta pelaku usaha mengakses KUR untuk pertama kalinya, sementara setengah juta lainnya berhasil naik kelas atau graduasi.

Catatan apik KUR juga terlihat dari sinergi dengan Pemerintah daerah. Data 1,87 juta calon debitur potensial yang diunggah pemda berhasil dikonversi menjadi 1,27 juta debitur aktif. Maluku Utara, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan mencatat tingkat konversi tertinggi sekaligus menunjukkan keseriusan daerah dalam mendorong UMKM.

Program lainnya seperti Kredit Alat Mesin Pertanian (Alsintan) juga menunjukkan kemajuan dengan 15 bank penyalur yang siap menyalurkan dana murah untuk mekanisasi pertanian. Sementara itu, Kredit Industri Padat Karya (KIPK) tengah dalam tahap pelengkapan dan penyelesaian regulasi.

Untuk menjaga momentum positif ini, pemerintah telah menyiapkan anggaran subsidi bunga Rp38,28 triliun untuk tahun 2025. Dengan kinerja semester pertama yang menggembirakan proyeksi penyaluran hingga akhir tahun diprediksi akan melampaui target.

Martin Budi Laksono