
Boyolali, Jawa Tengah – Warga Boyolali mengeluhkan sulitnya mendapatkan LPG 3 kg di pangkalan maupun pengecer. Banyak warung yang kehabisan stok, sementara pangkalan mulai membatasi penjualan agar distribusi lebih merata.
Watik, seorang penjual LPG eceran di Kota Boyolali, mengaku pasokan gas di warungnya berkurang drastis dalam tiga minggu terakhir. Jika biasanya ia menerima 24 tabung per minggu, kini hanya mendapat enam tabung. Hal ini membuat banyak pelanggan kecewa. Watik berharap pemerintah kembali mengizinkan penjualan LPG di tingkat pengecer agar masyarakat lebih mudah mendapatkannya.
“Saat ini stok kosong, terakhir hanya dapat enam tabung. Harapannya bisa kembali normal, supaya masyarakat tidak kesulitan,” ujarnya.
Sementara itu, Suwardi, pemilik pangkalan LPG di Kecamatan Kemiri, Mojosongo, menyebut stok LPG di tempatnya dalam kondisi aman, meski sempat berkurang akibat libur panjang. Menurutnya, kepanikan warga dalam membeli gas menjadi salah satu penyebab stok cepat habis. Untuk menghindari kelangkaan, ia membatasi pembelian satu tabung per konsumen dan maksimal dua untuk UMKM.
Di sisi lain, warga seperti Wahyuni mengaku kesulitan mendapatkan LPG dengan harga wajar. Ia terpaksa membeli di warung lain dengan harga lebih mahal.
“Di warung lain harganya Rp 20 ribu, tapi susah dapatnya. Kalau bisa beli di pangkalan lebih murah,” katanya.
Menanggapi keluhan ini, Area Manager Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, memastikan tidak ada pembatasan kuota LPG di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pihaknya menganjurkan warga membeli di pangkalan agar mendapat harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
Untuk menjaga pasokan, Pertamina telah menambah 900 ribu tabung LPG di wilayah Jawa Tengah dan DIY pekan ini. Secara total, alokasi tambahan LPG 3 kg di bulan Februari mencapai 919.880 tabung atau sekitar 60 persen dari penyaluran harian.
Dengan tambahan pasokan ini, diharapkan distribusi LPG kembali stabil dan warga tidak lagi kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan sehari-hari.
Ahza Ardani | Boyolali Jawa Tengah