Tidak Layak - Casmidi warga desa Dadirejo menghuni bekas kandang kambing, tidak mendapatkan bantuan malah diminta sumbangan Rp 500 ribu (foto : Kermit)


Pekalongan – Ratusan warga dukuh Cokrahgandu, desa Dadirejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Keluhkan belum adanya bantuan sembako bagi warga terdampak banjir tanggal 20 Januari lalu, saat di temui awak media Senin (03/2) lalu Casmidi salah satu mengaku belum mendapatkan bantuan apapaun, baik dari desa setempat, kecamatan maupun Kabupaten, “sejak terjadinya banjir karena luapan air sungai tanggal 20 Januari kemarin kami belum mendapatkan bantuan apapun dari pihak manapun. Malahan saya dimintai iuran Rp 500 ribu oleh Ketua RT setempat. Dengan alasan serta tuduhan ,saya yang mengambil tanah tanggul dengan kepentingan lain , sehingga megakibatakan tanah tanggul tersebut menjadi datar ,dan mengakibatkan banjir karena luapan debit air yang tinggi.” ujarnya. Ditambahkan oleh Casmidi, “sebenarnya memang sejak dulu disini sudah tidak ada tanggulnya karena digunakan oleh warga untuk jalan menuju sungai,” imbuhnya.

Terkait, sumbangan itu dibenarkan warga desa yang lain, “memang benar kami warga dukuh Cokrahgandu dimintai sumbangan adapun nominalnya bervariasi dari Rp 50 ribu sampai Rp 500 ribu perrumah memang yang paling banyak pak Casmidi, awalnya saya juga sempat emosi dengan Kepala Dusun Cokrah dan Ketua RT karena kami semalaman tidak tidur karena adanya bencana banjir dari luapan air sungai pagi malah dimintai sumbangan untuk perbaikan tanggul,” imbuh salah satu warga lain yang enggan namanya di mediakan. “Dan untuk sumbangan itu tidak ada musyawarah dengan warga, sempat saya bubarkan dan saya di panggil Kadus setempat, dan saya berdebat dengan Kadus. Saya sendiri memerlukan dua hari untuk membersihkan bekas material tanah, dan memang benar dulu disini digunakan warga untuk menuju ke sungai jadu memang sudah rata,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Sumarno saat dikonfirmasi membenarkan adanya sumbangan tersebut, “memang saya dengan ketua RW setempat bersama dengan Kadus Bu Fitri, kemarin sepakat memintai sumbangan kepada warga, dan memang benar hanya kami selaku ketua RT dan ketua RW yang diajak musyawarah karena ini menyangkut kedaruratan dan harus segera di tangani, di dusun Cokrahgandu ada sekitar 300 rumah, terbagi menjadi tiga RT dan sumbangan kemarin terkumpul sekitar Rp 11 juta rupiah. Uang itu langsun dibelanjakan oleh ketua RW berupa material, dan digunakan untuk biaya perbaikan tanggul darurat ini di kerjakan sekitar dua hari setengah. Adapun pekerja yang mengerjakan ada sekitar 10 orang perharinya, jadi kalau dihitung biaya tenaga kerjanya sekitar Rp 2 juta 500 ribu,” jelas Ketua RT. Ditanya tentang adanya bantuan dari desa sebesar Rp 4 jutaan Sumarno mengaku belum mengetahui, “kalau dari desa menyumbang berapa saya belum tahu lebih jelasnya langsung ketemu bu Kadus Fitri saja,” elaknya.
Ditemui secara terpisah Kepala Dusun Fitri Infakhul Amelia mengatakan ” itu memang sudah menjadi kesepakat kami dengan ketua RT dan ketua RW, dan bukan pungutun melainkan iuran swadaya masyarakat dikarenakan sebelum sudah rapat yang diwakili tiap RT setempat, dan untuk pembuatan tanggul tersebut belum selesai masih berlanjut,adapun dari hasil iuran warga hanya Rp 11 juta dan di bantu dari pihak pemerintah desa Rp 4.250 ribu, saya tidak memakan atau mengambil uang sepeserpun semuanya dikumpulkan di ketua RW, rencananya dana itu juga akan di gunakan untuk pembersihan selokan dan peninggian jalan,” ujarnya. Terkait, Casmidi yang dimintai Rp 500 ribu Fitri juga membenarkan, “memang itu permintaan dari warga, malahan tadinya warga emosi dan meminta pak Casmidi karena merusak tanggul dan warga meminta dia yang bertanggung jawab untuk membuat tanggul dengan biaya dia pribadi, tapi sudah saya mediasi dan ahirnya ada kesepakatan dia menyumbang Rp 500 ribu,” elaknya. (MIT/RED)