SEMARANG – Setiap bulan Ramadhan, Masjid Jami Pekojan yang terletak di Kota Semarang, menyediakan ratusan mangkok bubur India untuk santapan berbuka puasa. Tradisi ini telah berlangsung lebih dari seratus tahun dan menjadi ciri khas yang tidak terpisahkan dari masjid tua ini.
Masjid Jami Pekojan, yang terletak di Jalan Petolongan, dikenal sebagai salah satu masjid bersejarah di Semarang. Setiap tahun, menjelang berbuka puasa, masjid ini menyajikan bubur India yang telah menjadi simbol kebersamaan bagi jamaah dan warga sekitar.
Tradisi ini berawal dari interaksi masyarakat setempat dengan para pedagang dari India dan Pakistan yang singgah di kawasan tersebut.
Awalnya, para pedagang ini membawa bubur sebagai makanan berbuka, dan kebiasaan ini berlanjut hingga kini.
Bubur India yang disajikan di Masjid Jami Pekojan bukanlah bubur biasa. Proses pembuatannya cukup unik, dengan menggunakan dandang tembaga di atas tungku yang dipanaskan dengan kayu.
Bumbu rempah-rempah seperti jahe, sereh, kayu manis, serta sayuran seperti wortel dan santan, memberikan cita rasa gurih yang khas.
Setiap harinya, bubur India yang dimasak selama sekitar satu setengah jam ini disajikan dengan topping yang berbeda, meski cita rasa dasar dari buburnya tetap terjaga.
Setelah matang, bubur India disajikan dalam mangkok plastik, lengkap dengan tambahan gulai sapi yang menambah kelezatannya.
Dalam satu hari, masjid ini dapat menyediakan hingga 200 mangkok bubur untuk jamaah dan warga sekitar, memberikan rasa kebersamaan yang hangat di bulan suci ini.
Menurut Ahmad Paserin, seorang juru masak bubur India di Masjid Jami Pekojan, proses memasak bubur memerlukan ketelatenan dan perhatian khusus.
Pemilihan bahan yang segar serta teknik memasak yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan cita rasa yang otentik.
“Kami memasak bubur dengan menggunakan api kayu, yang memberi rasa khas pada bubur, dan setiap hari kami menyiapkan lauk yang berbeda untuk menjaga variasi rasa,” ujar Ahmad.
Tradisi ini sudah berlangsung lebih dari seratus tahun, sejak masjid ini dibangun oleh para pedagang Gujarat dari India dan Pakistan yang ingin menyediakan tempat ibadah bagi sesama pedagang.
Seiring berjalannya waktu, bubur India menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadan di Masjid Jami Pekojan, memberikan rasa syukur dan kebersamaan di setiap suapan.
Bubur India di Masjid Jami Pekojan bukan hanya sekadar hidangan berbuka, tetapi juga menjadi simbol tradisi yang menghubungkan generasi demi generasi.
Dengan setiap mangkok bubur yang disajikan, terjalin ikatan yang kuat antara jamaah dan masyarakat setempat, menjadikan Ramadan di Masjid Jami Pekojan begitu istimewa dan penuh makna.***
Yovi N