SOLO – Setiap tahun, menjelang buka puasa, warga Kota Surakarta (Solo) berbondong-bondong antre untuk mendapatkan Bubur Samin khas Banjar yang dibagikan di halaman Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Surakarta.

Tradisi berbagi takjil berupa Bubur Samin ini sudah menjadi kegiatan rutin yang dinantikan oleh masyarakat setempat setiap bulan Ramadhan.

Bubur Samin yang dibagikan di Masjid Darussalam bukan hanya sekadar hidangan biasa. Bubur ini adalah bubur khas Kalimantan yang memiliki cita rasa unik dan kaya gizi.

Pembagian Bubur Samin dimulai setiap hari setelah sholat Ashar dan merupakan tradisi yang telah berlangsung sejak lama. Tak kurang dari 50 kilogram bahan baku digunakan setiap hari untuk membuat bubur ini, yang akan dibagikan kepada sekitar 1.200 hingga 1.300 orang.

Proses pembuatan Bubur Samin dimulai sekitar pukul 10.00 hingga 15.00, yang melibatkan para pengurus masjid dan jamaah setempat.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bubur ini terdiri dari beras, santan, aneka sayuran, rempah-rempah, susu, serta potongan daging sapi. Kombinasi bahan-bahan ini menciptakan rasa yang gurih dan lezat, sehingga membuat Bubur Samin sangat digemari oleh warga Solo dan sekitarnya.

Setelah selesai memasak, Bubur Samin yang sudah matang akan didoakan bersama oleh takmir masjid. Ratusan warga yang datang membawa wadah seperti rantang atau ember kecil akan antre dengan tertib untuk mendapatkan takjil ini. Warga yang datang dari berbagai wilayah di Surakarta pun tidak ragu untuk antre demi menikmati Bubur Samin yang enak dan bergizi ini.

Selain menjadi sajian yang sangat berguna untuk berbuka puasa, tradisi bagi-bagi Bubur Samin ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga setempat. Meskipun antrean panjang, tidak sedikit dari mereka yang rela menunggu demi mendapatkan seporsi Bubur Samin yang sudah terkenal kelezatannya. Tradisi ini tidak hanya memberikan kebaikan dalam bentuk makanan, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga yang saling peduli dan berbagi selama bulan suci Ramadhan.

Bagi masyarakat Surakarta, tradisi ini adalah bagian dari budaya yang terus dilestarikan. Setiap tahun, kegiatan ini tetap berlangsung hingga bulan Ramadhan berakhir, dan tentunya memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap orang yang merasakannya. Tidak heran, jika selama bulan Ramadhan, Masjid Darussalam menjadi tempat yang selalu ramai dengan warga yang datang untuk mendapatkan Bubur Samin.

Sebagai pengurus Masjid Darussalam, Muhamad Yasin berharap tradisi ini dapat terus dilaksanakan dan menjadi berkah bagi semua yang terlibat, baik yang memberi maupun yang menerima. Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan semangat kebersamaan dan gotong royong tetap terjaga di tengah masyarakat Surakarta.***

ANUR