Tradisi pembagian bubur samin ini sudah berlangsung sejak tahun 1980-an dan selalu dinantikan masyarakat setiap bulan Ramadan. Di Masjid Darussalam, Jayengan, Solo ( Ist)

Solo, echannel.co.is, Ratusan warga Solo dan sekitarnya memadati halaman Masjid Darussalam, Jayengan, Solo, pada Sabtu sore untuk mendapatkan bubur samin khas Banjar. Tradisi pembagian bubur samin ini sudah berlangsung sejak tahun 1980-an dan selalu dinantikan masyarakat setiap bulan Ramadan.

Para pengurus masjid tampak sibuk memasak bubur samin dalam panci besar. Beras yang telah ditanak dicampur dengan potongan kecil daging sapi, bawang bombay, wortel, dan daun bawang. Sebelumnya, santan kelapa dan minyak samin telah ditambahkan untuk menghasilkan rasa khas yang gurih dan lezat.

Setelah Salat Asar, antrean panjang warga mulai terbentuk di halaman masjid. Mereka membawa berbagai wadah seperti rantang, termos nasi, hingga tempat makan lainnya untuk membawa pulang bubur samin gratis ini. Dalam waktu kurang dari satu jam, ratusan porsi bubur yang disediakan langsung habis dibagikan.

“Saya rela antre karena bubur samin ini rasanya khas dan hanya ada di bulan Ramadan. Setiap tahun saya pasti datang ke sini,” ujar Iskandar, salah satu warga yang ikut mengantre.

Ketua Takmir Masjid Darussalam, Rosyidi Muchdor, mengatakan bahwa setiap harinya pihaknya memasak sekitar 50 kilogram beras untuk menghasilkan 1.300 porsi bubur. Dari jumlah tersebut, 1.100 porsi dibagikan kepada warga, sementara 200 porsi disiapkan untuk jamaah yang berbuka puasa di masjid.

Tradisi pembagian bubur di Masjid Darussalam berawal dari kebiasaan warga perantauan asal Banjar di Solo yang menyajikan hidangan ini dalam acara pertemuan dan buka puasa bersama. Kini, tradisi tersebut telah menjadi bagian dari Ramadan di Solo dan selalu dinantikan oleh masyarakat.

Tyo | echannel TV | Surakarta