BOYOLALI – Sebagai bagian dari rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Boyolali, Jawa Tengah, melaksanakan upacara mecaru pada Jumat (29/3/2025) sore.
Upacara ini tidak hanya diikuti oleh umat Hindu, tetapi juga melibatkan masyarakat dari berbagai agama, mencerminkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang sudah terjalin erat di Desa Dukuh Ledok, Kecamatan Teras.
Rangkaian Upacara Mecaru: Mengarak Ogoh-Ogoh dan Berebut Gunungan Sayur
Upacara mecaru dimulai dengan ibadah di Pura Panca Warna, di mana ratusan umat Hindu berkumpul untuk mempersiapkan Hari Raya Nyepi tahun Caka 1947.
Setelah bersembahyang, mereka mengarak dua ogoh-ogoh setinggi tiga meter sambil membawa obor dan memukul kentongan. Ogoh-ogoh yang diarak tersebut menjadi simbol pemusnahan energi negatif.
Selain mengarak ogoh-ogoh, umat Hindu juga mengarak dua gunungan berisi sayur dan buah sejauh dua kilometer di sekitar desa.
Gunungan ini menjadi simbol berkah yang akan dibagikan kepada masyarakat. Menariknya, dalam acara ini, para pemuda dari agama lain juga ikut serta memikul gunungan bersama umat Hindu, menunjukkan semangat gotong royong dan kerukunan yang tinggi di Desa Dukuh Ledok.
Toleransi Antar Umat Beragama: Tumbuhkan Rasa Cinta Budaya
Kerukunan antar umat beragama di desa ini sangat terasa ketika warga dari berbagai latar belakang agama turut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Partinah, salah seorang warga, mengungkapkan rasa bahagia karena dapat ikut serta dalam acara ini, meskipun dirinya beragama Islam.
“Toleransi di sini sangat kental antara umat Muslim dan Hindu,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun sulit mendapatkan bagian dari gunungan, suasana kebersamaan dan kegembiraan tetap terasa.
Makna Ogoh-Ogoh: Simbol Penyucian Alam dan Diri
Setelah prosesi pengarakkan, ogoh-ogoh dengan tema Sengkuni dan Sengkolo dibakar sebagai simbol pemusnahan energi jahat atau Bhuta Kala.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Gumuk Rejo, Joko Suparji, menjelaskan bahwa Sengkolo melambangkan sifat-sifat negatif seperti kedengkian dan iri hati, yang harus dilawan untuk menciptakan kedamaian.
“Ogoh-ogoh ini juga menjadi sarana untuk menumbuhkan budaya dan mengajarkan kita untuk memerangi hawa nafsu demi kedamaian di dunia dan akhirat,” ujar Joko.
Rangkaian Upacara Nyepi: Catur Brata Penyepian
Setelah upacara mecaru, rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi dilanjutkan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
Selama Hari Raya Nyepi, umat Hindu diwajibkan untuk berdiam diri di rumah atau di pura, tidak menyalakan api, bepergian, bekerja, atau bersenang-senang.
Upacara ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan alam semesta dan berharap agar dunia senantiasa diberkahi dengan kebaikan.
Perayaan Nyepi di Boyolali ini bukan hanya menjadi momen penting bagi umat Hindu, tetapi juga menunjukkan semangat toleransi dan persatuan antar umat beragama.***