ECHANNEL.CO.ID – Barongko adalah salah satu kue tradisional khas Bugis, Sulawesi Selatan, yang tidak hanya lezat namun juga sarat akan makna filosofis. Kudapan berbahan dasar pisang ini dulunya merupakan hidangan eksklusif bagi para bangsawan Bugis, dan kini tetap dilestarikan sebagai simbol kejujuran dan warisan budaya.
Kue barongko dibuat dari pisang kepok matang yang dihaluskan, lalu dicampur dengan santan, gula pasir, telur, vanili, dan sedikit garam. Setelah adonan tercampur rata, kue ini dibungkus dengan daun pisang berbentuk segitiga dan dikukus hingga matang. Barongko disajikan dingin, menghasilkan rasa manis yang lembut dan menyegarkan.
Dahulu, barongko hanya disajikan dalam acara adat dan perayaan penting seperti pernikahan atau upacara adat. Kini, barongko sering hadir saat Ramadan sebagai takjil, karena teksturnya yang ringan dan kandungan gizinya cocok untuk berbuka puasa.
Meski tampak sederhana, pembuatan barongko membutuhkan keahlian dan ketelitian agar cita rasa aslinya tetap terjaga. Tak heran jika barongko jarang ditemukan di luar momen-momen istimewa. Di tanah asalnya, pembuatannya bahkan dipercayakan hanya kepada orang-orang yang berpengalaman.
Lebih dari sekadar makanan, barongko memiliki makna filosofis yang mendalam. Pisang sebagai bahan utama, yang kemudian dibungkus kembali dengan daun pisang, melambangkan kejujuran. Apa yang tampak di luar harus mencerminkan isi di dalam. Filosofi ini sejalan dengan prinsip hidup masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi integritas dan keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Karena keunikan rasa dan nilai budayanya, barongko ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017.
Kue barongko bukan hanya simbol kuliner, tetapi juga pengingat akan nilai luhur yang semakin langka. Maka, saat Anda menyantap barongko, ingatlah bahwa di balik kelembutannya tersembunyi pesan penting tentang kejujuran dan identitas budaya Bugis yang patut dijaga dan dihargai.***