BANTUL – Hari Raya Idul Fitri bukan hanya identik dengan mudik, opor ayam, ketupat, hingga momen sungkeman.

Lebaran di Indonesia juga diramaikan dengan tradisi-tradisi unik yang sarat makna budaya dan nilai kebersamaan.

Salah satunya adalah Grebeg Bakdho Kupat yang digelar oleh warga deresan Ringinharjo, Bantul.

Tradisi ini tak hanya menjadi ajang berkumpul, tetapi juga menjadi momen penuh berkah yang selalu ditunggu setiap tahunnya.

Grebeg Bakdho Kupat adalah sebuah tradisi khas yang sudah berlangsung lama di daerah Ringinharjo, Bantul.

Tradisi ini diadakan pada malam hari setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan dan memasuki bulan Syawal.

Momen ini biasanya dipenuhi dengan kegembiraan, di mana ratusan warga tumpah ruah memenuhi lapangan desa, larut dalam suasana suka cita meski harus berdesak-desakan.

Salah satu hal yang paling menarik dari tradisi ini adalah proses “berebut” ketupat dan hasil bumi yang sudah disiapkan oleh warga.

Dalam hitungan detik, gunungan ketupat yang berisi nasi dan berbagai hasil bumi lainnya akan habis terburu-buru dibawa pulang oleh warga yang berlomba untuk mendapatkannya.

Ketupat yang digantung dalam anyaman janur tersebut memiliki makna simbolis yang dalam.

Selain melambangkan kesucian hati, ketupat juga melambangkan kebersamaan dan kesempurnaan dalam beribadah.

Sebelum proses berebut ketupat dimulai, gunungan ketupat tersebut terlebih dahulu diarak berkeliling desa.

Puluhan warga dengan pakaian adat Jawa ikut berpartisipasi dalam iring-iringan tersebut, diiringi alunan tabuhan musik dan suara terompet.

Hal ini memberi nuansa kental budaya Jawa yang dipadukan dengan semangat kebersamaan.

Saat gunungan tiba di lapangan desa, upacara Grebeg Bakdho Kupat dimulai dengan prosesi doa yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.

Usai doa, gunungan ketupat dan hasil bumi yang telah dihaturkan dalam upacara tersebut menjadi rebutan warga.

Mereka meyakini bahwa barang-barang tersebut membawa berkah dan keberkahan bagi yang mendapatkannya.

Tidak hanya menjadi ajang berbagi kebahagiaan, Grebeg Bakdho Kupat juga menggambarkan semangat gotong royong dan saling membantu di antara warga desa.

Tradisi ini diyakini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.

Dengan adanya Grebeg Bakdho Kupat, nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas dalam merayakan Idul Fitri semakin terasa kental.

Di tengah kemajuan zaman, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang mempererat tali silaturahmi antarwarga.***

Joko Pramono