Tri Cahyaningsih, Boyolali, gagal lolos, meski mendapat nilai tertinggi ( Ahza)

Boyolali – Tri Cahyaningsih, seorang buruh pabrik tekstil di Boyolali, harus menerima kenyataan pahit setelah gagal menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), meskipun berhasil meraih skor tertinggi dalam Seleksi Kompetensi Dasar (SKD).

Tri, yang akrab disapa Ayya, mengikuti seleksi CPNS 2024 di Kementerian Hukum dan HAM untuk formasi penjaga tahanan. Saat menjalani SKD berbasis komputer (Computer Assisted Test/CAT), ibu dua anak ini mencatat skor tertinggi, yaitu 476.

Dengan nilai tersebut, ia berhak melanjutkan ke tahap tes kesehatan. Namun, saat pengukuran tinggi badan, Tri hanya mencapai 157,5 cm—kurang 0,5 cm dari syarat minimal 158 cm. Akibatnya, ia dinyatakan tidak lolos dalam tahapan ini.

“Iya, karena tinggi badan kurang 0,5 cm. Soalnya dari awal sudah jadi syarat utama tinggi badan minimal 158 cm,” ungkapnya.

Keputusan panitia seleksi bersifat mutlak, sehingga Tri tidak bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya. Ini merupakan kegagalan kedua baginya dalam seleksi CPNS Kemenkumham. Sebelumnya, pada 2017, ia juga gagal meski saat itu tinggi badan minimal yang dipersyaratkan hanya 156 cm.

“Tahun 2017 saya ikut juga di Kemenkumham. Saat itu syarat tinggi badan minimal masih 156 cm, jadi bisa lolos sampai tahap akhir, tapi kalah di perankingan,” kata warga Penggung, Boyolali Kota, ini.

Meskipun dua kali gagal, Tri tidak patah semangat. Ia berencana mencoba lagi jika ada formasi yang sesuai dalam seleksi CPNS mendatang.

“Insyaallah coba lagi kalau ada formasi yang cocok,” ujarnya.

Namun, ia masih belum menentukan apakah akan kembali mendaftar di Kemenkumham atau di kementerian/lembaga lain, tergantung pada formasi yang dibuka.

“Masih belum tahu. Nunggu pengumuman resmi dulu, karena setiap tahun formasi yang dibutuhkan berbeda-beda,” pungkasnya.

Ahza Argani – Boyolali, Jawa Tengah