Foto : Ekspor Bonsai Jateng meningkat 1.700 Pohon di awal tahun 2025 ( 17/2/2025 ).

Semarang – Awal tahun 2025 menjadi momentum emas bagi ekspor bonsai dari Jawa Tengah. Badan Karantina Indonesia (Barantin) mencatat lonjakan ekspor hingga 245% pada Januari-Februari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari 1.175 pohon pada awal 2024, ekspor melonjak menjadi 2.881 pohon, dengan nilai ditaksir mencapai Rp2,1 miliar.

Kepala Karantina Jawa Tengah, Sokhib, mengungkapkan bahwa selain faktor kualitas unik, keberhasilan ekspor juga bergantung pada pemenuhan standar phytosanitary atau kesehatan karantina tumbuhan. “Kami memastikan setiap bonsai yang diekspor bebas hama dan memenuhi standar negara tujuan. Jika ada temuan hama, produk bisa ditolak, bahkan ekspor bisa dihentikan,” ujarnya di Semarang, Senin (17/2/2025).

Untuk menjaga kelancaran ekspor, Karantina Jawa Tengah menerapkan metode in-line inspection, yaitu pemeriksaan langsung di lokasi eksportir sejak tahap penyiapan hingga pemuatan. Cara ini mempercepat distribusi tanpa mengabaikan standar keamanan tumbuhan.

Bonsai asal Jawa Tengah kini telah menembus pasar Belanda, Jerman, Italia, Dubai, Spanyol, dan Prancis. Edo de Groot, pemilik CVEBI, eksportir bonsai ke Eropa, menyebut bonsai Indonesia diminati karena bentuknya yang mini, variatif, dan unik. “Kami sangat selektif memilih bonsai terbaik, dari ukuran kecil hingga besar, sesuai standar negara tujuan,” ungkapnya.

Tak hanya bonsai, Barantin juga terus mendorong ekspor berbagai komoditas pertanian lainnya ke pasar global.

Yovi N | Semarang, Jawa Tengah