BANTUL – Kesehatan mental remaja di Indonesia tengah menjadi perhatian serius. Berdasarkan survei I-NAMHS tahun 2022, tercatat sebanyak 34,8 persen remaja mengalami masalah kesehatan mental.
Beragam faktor menjadi penyebab kondisi ini, terutama akibat dampak era digitalisasi dan maraknya kasus perundungan (bullying). Sayangnya, stigma negatif masih menjadi penghalang bagi banyak remaja untuk mencari bantuan profesional.
Namun, upaya pencegahan dan penanganan dini dapat dilakukan melalui kegiatan Posyandu Remaja yang kini aktif di berbagai pedukuhan, termasuk di Kabupaten Bantul.
Salah satu contoh nyata adalah Posyandu Remaja Gunungpolo di Kelurahan Argorejo, Kecamatan Sedayu. Posyandu ini tidak hanya memantau kesehatan fisik remaja, seperti penyakit tidak menular dan reproduksi, tetapi juga berperan dalam deteksi serta penanganan awal gangguan kesehatan mental.
Kegiatan tersebut bahkan menarik perhatian mahasiswa Jurusan Keperawatan dari Universitas Alma Ata Yogyakarta. Mereka turut memberikan penyuluhan kepada para remaja terkait pentingnya deteksi dini penyakit mental, memahami faktor penyebabnya, dan mencari solusi yang tepat.
Menurut kelompok stase kesehatan keluarga gerontik yang terlibat, masa remaja adalah fase transisi yang sangat rentan, terutama karena meningkatnya kasus bullying dan tantangan dari era digitalisasi.
Tingginya ekspektasi serta perbandingan sosial di media digital juga menjadi faktor yang menurunkan rasa percaya diri para remaja. Paparan terhadap standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis berpotensi menimbulkan kecemasan hingga depresi.
Ketua Posyandu Remaja Gunungpolo, Andi Nur Pratama, menyampaikan bahwa keaktifan remaja dalam kegiatan Posyandu menjadi wadah yang efektif untuk saling bersosialisasi sekaligus memantau kesehatan diri.
“Dengan adanya Posyandu Remaja, para remaja memiliki ruang aman untuk berbagi, belajar, dan menjaga kesehatan fisik maupun mentalnya,” ungkap Andi.
Di bawah binaan Puskesmas Sedayu II, Posyandu Remaja hadir untuk mendampingi para remaja dalam menghadapi masa-masa krusial dalam hidup mereka. Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi kesehatan berbasis masyarakat yang fokus pada peningkatan kesehatan dan keterampilan hidup sehat secara berkelanjutan.***
Joko Pramono