SEMARANG – Wacana pemerintah untuk mengembalikan sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA mulai tahun ajaran 2025/2026 menuai beragam tanggapan. Sebagian siswa menilai sistem tersebut kurang fleksibel dan justru membatasi ruang belajar mereka.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa kebijakan ini diambil karena sistem sebelumnya dinilai sudah tidak relevan lagi dalam mendukung keberlanjutan pendidikan di jenjang lebih tinggi.
Meski begitu, wacana penjurusan ini mendapat respons kurang positif dari sejumlah siswa. Beberapa di antaranya mengaku lebih menyukai sistem menu yang memberikan keleluasaan dalam memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat.
Dua siswa di Kota Semarang, misalnya, menyampaikan bahwa mereka merasa sistem menu lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran masa kini dibandingkan sistem penjurusan yang dianggap kaku dan membatasi.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 3 Semarang, Drs. Yuwana, M.Kom, menyatakan bahwa sekolah siap menjalankan apapun kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Menurutnya, sistem penjurusan justru mempermudah pihak sekolah dalam pengadaan guru yang sesuai dengan bidang masing-masing.
Yuwana juga menegaskan bahwa selama ini berbagai kebijakan yang telah diterapkan, baik sistem menu maupun penjurusan, tidak menjadi hambatan berarti bagi SMA Negeri 3 Semarang dalam menjalankan proses belajar-mengajar.***
Yovi Nugroho – Semarang, Jawa Tengah